Limbah Industri Pangan – Apa itu, Contoh, Dampak, dan Pengelolaannya

limbah industri pangan

Permasalahan lingkungan terus bertambah akibat perkembangan berbagai sektor industri. Sehingga tidak plastik ataupun limbah B3 saja, tetapi limbah industri pangan juga turut menjadi sumber permasalahan.

Pada rentang tahun 2000 hingga 2019, rata-rata produksi limbah industri pangan di Indonesia mencapai 23 hingga 48 juta ton/tahun, dimana setara dengan 115 hingga 184 kg/kapita.tahun. Adapun beberapa fakta lainnya mengenai limbah pangan antara lain, setengah dari produksi sayuran maupun buah di dunia terbuang secara sia-sia.

Menganggap limbah industri pangan merupakan limbah yang dapat terurai secara alami menyebabkan hampir seluruh masyarakat di Indonesia bertindak acuh terhadap pengelolaannya. Tanpa disadari, limbah pangan menyebabkan kerugian ekonomi hingga Rp 213 Triliun hingga Rp 551 Triliun per tahun disertai dengan dampak-dampak lainnya.

Baca Juga: Limbah Botol dan Pengelolaannya

Pengertian Limbah Pangan

Limbah pangan adalah salah satu jenis limbah organik yang berasal dari sisa bahan makanan yang sudah tidak layak dikonsumsi, tidak terpakai, sisa olahan maupun produk gagal pada saat proses produksi.

Limbah pangan masuk ke dalam jenis limbah yang mudah terurai oleh mikroorganisme karena sifatnya yang mempunyai rantai kimia pendek. Hasil uraian dari mikroorganisme tersebut cenderung berbau dan membusuk.

Sebagian besar bahan yang terkandung dalam limbah pangan bersifat organik seperti:

  • Karbohidrat
  • Lemak
  • Protein
  • Garam

Limbah pangan pada dasarnya berasal dari berbagai kegiatan seperti:

  • pertanian
  • perikanan
  • industri pangan
  • rumah Tangga
  • peternakan
  • perkebunan

Jenis Industri Limbah Pangan

Berdasarkan wujudnya, limbah pangan terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:

Limbah Padat

Limbah pangan padat biasanya berasal dari sisa-sisa kegiatan produksi, seperti sisa potongan daging, bahan tidak layak produksi / konsumsi, maupun wadah kemasan seperti plastik dan kardus bekas pengemasan bahan makanan.Pada limbah pangan jenis ini terdapat dua sifat limbah pangan yang berbeda yaitu mudah terurai dan sulit terurai. Sehingga diperlukan pemilahan pada sumbernya untuk mempermudah pengelolaan selanjutnya. Limbah pangan padat biasanya dapat diolah kembali menjadi pupuk maupun makanan ternak.

Limbah Cair

Limbah pangan berwujud cair tidak hanya merupakan sisa-sisa hasil kegiatan produksi namun juga sisa kegiatan lainnya seperti pembersihan peralatan produksi, pembersihan bahan baku, pembersihan sisa pemasakan, proses pasteurisasi, dan lain-lain.Limbah pangan cair pada umumnya mengandung bahan kimia hingga bakteri berbahaya. Limbah pangan jenis ini termasuk ke dalam kategori yang tidak dapat didaur ulang sehingga apabila tidak ditangani dengan benar dan tepat, dapat menyebabkan pencemaran bahkan dapat mengganggu penyerapan air tanah.

Pengolahan limbah pangan cair memerlukan tenaga ahli dan fasilitas pengolahan limbah yang mendukung.

Ciri-ciri dari limbah pangan berbahan cair:

  • Memiliki kandungan nitrogen yang rendah
  • Kandungan padatan tersuspensi tinggi
  • Proses dekomposisi yang cepat
  • Warna yang intensif bergantung pada jenis bahan baku

Contoh Limbah Pangan

limbah industri pangan

Sumber bermacam-macam, salah satunya dari sisa restoran.

Adapun contoh limbah pangan baik berjenis padat maupun cair, yaitu:

  • Buah-buahan
  • Sayur-sayuran
  • Padi
  • Mie dan Nasi
  • Bumbu makanan
  • Daging
  • Kacang
  • Residu seperti daun teh maupun lainnya
  • Produk makanan dan minuman kedaluwarsa
  • Produk makanan dan minuman sisa kegiatan produksi
  • Produk yang tidak layak konsumsi dan gagal melewati quality control
  • Susu
  • Hasil Laut

Dampak akibat Limbah Pangan

Berikut potensi dampak yang dapat terjadi apabila pengelolaan limbah pangan tidak dilakukan sejak dini:

Eutrofikasi

Merupakan suatu fenomena dimana terjadi pertumbuhan ganggang di perairan akibat adanya kandungan nutrien yang berlebihan dari limbah pangan. Fenomena ini dapat menghasilkan beberapa dampak negatif, seperti air sungai menjadi keruh, meningkatnya sedimen pada dasar perairan, dan perubahan suhu rata-rata perairan.Selama terjadinya eutrofikasi ini, terjadi perbedaan kandungan oksigen antara malam dan siang hari. Pada malam hari, ganggang masih melanjutkan respirasinya dan terjadi pemecahan oksigen pada perairan. Ganggang yang mati juga akan mengendap pada dasar perairan sehingga akan merubah warna perairan menjadi gelap.

Kandungan Oksigen yang Rendah

Seperti yang kita ketahui, limbah pangan mengandung bahan organik yang berpotensi menjadi sumber nutrisi bagi mikroorganisme. Jika limbah pangan mencemari lingkungan secara berlebihan maka aktivitas mikroorganisme akan tinggi. Dimana dalam proses metabolisme mikroorganisme tentunya dibutuhkan jumlah oksigen yang cukup besar. Hal ini dapat berdampak terhadap penurunan kandungan oksigen pada perairan. Apabila dibiarkan, kehidupan biota perairan akan terganggu yang berujung pada ketidakseimbangan ekosistem.

Kenaikan pH pada Perairan maupun Tanah

Pada umumnya limbah pangan hasil pengolahan buah-buahan dan sayur-mayur mempunyai kandungan pH yang tinggi. Hal ini karena adanya kandungan penggunaan bahan kaustik seperti larutan alkali pada proses pengupasan, dimana kandungan pH dari bahan tersebut berkisar 12 hingga 13. Apabila dikelola secara tidak bertanggung jawab, dapat menyebabkan peningkatan kandungan pH pada perairan maupun tanah.

Pemanasan Global

Kebiasaan menyisakan makanan dan sifat konsumtif berlebihan menjadi dasar terjadinya peningkatan food waste. Tanpa disadari, sifat tersebut berkontribusi dalam mempercepat pemanasan global. Limbah pangan yang dibuang begitu saja dan tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk samping, yaitu gas metana.

Gas metana 25 kali lebih efektif memerangkap panas di atmosfer daripada karbon dioksida.

Pengelolaan Limbah Pangan

Adapun beberapa cara pengelolaan limbah pangan yang dapat diterapkan antara lain:

Pengomposan

Pengomposan mengandalkan proses biologis akibat bahan organik yang terdegradasi pada kondisi aerobik yang terkendali. Pada saat kondisi yang optimal, pengomposan dapat mengurangi volume bahan baku hingga 50 sampai 70%.Bahan baku yang digunakan untuk proses pengomposan adalah limbah pangan berwujud padat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran (tidak menggunakan bahan daging, ikan, tulang, dan sisa makanan berlemak).

Selama pengomposan, bahan-bahan organik akan diubah menjadi karbondioksida dan air sedangkan protein menjadi amida, amonium, asam amino, air, dan karbondioksida. Penggunaan kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki karakteristik dan struktur tanah, serta mengurangi serangan penyakit pada tanaman.

Pemanfaatan Kembali Menjadi Energi

Biogas adalah salah satu sumber energi yang berasal dari limbah pangan hasil kegiatan pertanian.

Dalam melakukan pengelolaan limbah pangan tentunya diperlukan pengenalan sifat-sifat limbah untuk mempermudah penetapan metode pengelolaan limbah pangan yang efektif.

Setiap pengolahan limbah pangan juga membutuhkan peralatan pendukung sebagai faktor utama keberlangsungan pengelolaan.

Share :